BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jakarta sebagai Ibukota Negara yang merupakan citra Negara dan barometer ekonomi, setiap waktu harus ada peningakatan pembangunan. Akibat dari pembangunan tata ruang yang salah banyak masyarakat yang tidak lagi mempedulikan lingkungan disekitarnya. Sehingga banyak masyarakat yang membangun rumah di bantaran sungai dan banyak juga yang membuang sampah ke sungai. Tidak hanya itu saja penebangan hutan yang tidak terkontrol juga merupaka penyebab banjir di Jakarta. Setiap kali terjadi banjir di Jakarta sering terdengar ungkapan banjir itu kiriman dari Bogor. Tudingan itu muncul karena hampir semua sungai yang bermuara di Jakarta berhulu diwilayah kabupaten Bogor. Daerah aliran sungai yang berasal dari Bogor adalah DAS Ciliwung, DAS Cakung, DAS Angke, DAS Sunter, DAS Kalibaru dan DAS Krukut. Banjir yang terjadi di Jakarta tidak hanya karena aliran air dari Bogor dimana banjir kiriman berarti hujan hanya terjadi di daerah Bogor, kenyataannya hujan juga terjadi di Jakarta, ditambah dengan pasang laut. DAS hulu Ciliwung berbentuk seperti corong yang terdiri dari berbagai anak sungai dan menyempit di bendungan utama Ciliwung di Katulampa. Seandainya banjir itu limpahan dari hulu, tentu kota Bogor akan banjir terlebih dahulu. Banjir merupakan permasalahan yang kompleks, yang harus segera ditangani agar akibat yang ditimbulkannnya tidak banyak merusak dan merugikan masyarakat sekitarnya, mengingat Jakarta merupakan Ibukota negara yang merupakan citra negara dan barometer ekonomi. Usaha-usaha untuk mencegah dan mengurangi akibat terjadinya banjir harus segera dilakukan.
Jakarta sebagai Ibukota Negara yang merupakan citra Negara dan barometer ekonomi, setiap waktu harus ada peningakatan pembangunan. Akibat dari pembangunan tata ruang yang salah banyak masyarakat yang tidak lagi mempedulikan lingkungan disekitarnya. Sehingga banyak masyarakat yang membangun rumah di bantaran sungai dan banyak juga yang membuang sampah ke sungai. Tidak hanya itu saja penebangan hutan yang tidak terkontrol juga merupaka penyebab banjir di Jakarta. Setiap kali terjadi banjir di Jakarta sering terdengar ungkapan banjir itu kiriman dari Bogor. Tudingan itu muncul karena hampir semua sungai yang bermuara di Jakarta berhulu diwilayah kabupaten Bogor. Daerah aliran sungai yang berasal dari Bogor adalah DAS Ciliwung, DAS Cakung, DAS Angke, DAS Sunter, DAS Kalibaru dan DAS Krukut. Banjir yang terjadi di Jakarta tidak hanya karena aliran air dari Bogor dimana banjir kiriman berarti hujan hanya terjadi di daerah Bogor, kenyataannya hujan juga terjadi di Jakarta, ditambah dengan pasang laut. DAS hulu Ciliwung berbentuk seperti corong yang terdiri dari berbagai anak sungai dan menyempit di bendungan utama Ciliwung di Katulampa. Seandainya banjir itu limpahan dari hulu, tentu kota Bogor akan banjir terlebih dahulu. Banjir merupakan permasalahan yang kompleks, yang harus segera ditangani agar akibat yang ditimbulkannnya tidak banyak merusak dan merugikan masyarakat sekitarnya, mengingat Jakarta merupakan Ibukota negara yang merupakan citra negara dan barometer ekonomi. Usaha-usaha untuk mencegah dan mengurangi akibat terjadinya banjir harus segera dilakukan.
1.2
Identifikasi Masalah
Banjir
yang terjadi di Jakarta akibat dari aktivitas manusia sendiri yang membuang
sampah ke sungai, menebang hutan yang tidak terkontrol dan penempatan tata
ruang yang salah. Dampak dari bencana banjir ini juga disebabkan tidak ada
pencegahan dari pemerintah untuk membantu mencegah bencana banjir yang menlanda
ibukota Negara. Faktor penyebab banjir itu bukan karena alam dan letak geografis
saja tetapi aktifitas manusia yang merusak lingkunagan juga merupakan salah
satu penyebab timbulnya banjir yang di Jakarta.
1.3
Pembatasan Masalah
Dalam
makalah ini hanya akan dibahas faktor yang menyebabkan banjir seperti sampah,
penebangan hutan, curah hujan yang tinggi dan banyak lagi. Oleh karena itu
dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai penyebab banjir di Jakarta.
1.4
Perumusan Masalah
Banjir
di Jakarta sudah sering terjadi. Oleh karena itu dalam penulisan ini akan
membahas mengenai,
1.
Mengapa banjir sering terjadi di Jakarta?
2.
Bagaimana mencegah banjir?
3.
Apa dampak banjir di Jakarta?
1.5
Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan ini adalah
1.
Untuk mengetahui apa penyebab banjir
2.
Dampak apa saja yang timbul akibat banjir.
3.
Bagaimana cara mengatasi banjir.
1.6
Manfaat Penulisan
Semoga
penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dan digunakan oleh:
1.
Bagi penulis, menyadari pentingnya menjaga lingkungan.
2.
Masyarakat, diharapkan mendapatkan informasi yang lebih luas mengenai penyebab
banjir dan dampak yang disebabkan dari banjir.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Banjir
Banjir adalah bencana alam yang terjadi
secara alami maupun oleh ulah manusia. Sekarang ini banjir sering terjadi
disebabkan ulah manusia yang mulai tidak menghiraukan keseimbangan alam Banjir
merupakan peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan karena volume air yang
meningkat. Banjir juga dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di
suatu tempat akibat curah hujan yang tinggi, peluapan air sungai, atau pecahnya
bendungan sungai.
2.2. Penyebab Banjir
• Curah hujan dalam jangka waktu
panjang.
• Erosi tanah menyisakan batuan, hingga
tidak ada resapan air.
• Buruknya penanganan sampah, hingga
sumber saluran-saluran air tersumbat.
• Pembangunan tempat permukiman dimana
tanah kosong diubah menjadi
• Jalan/tempat parkir, hingga daya serap
air hujan tidak ada.
• Bendungan dan saluran air rusak.
• Keadaan tanah tertutup semen, paving
atau aspal, hingga tidak menyerap air.
• Pembabatan hutan secara liar (Illegal
logging).
• Di daerah bebatuan daya serap air sangat
kurang, mengakibatkan banjir
• kiriman atau banjir bandang.
2.3. Dampak dan Kerugian Akibat Banjir
Banjir yang melanda Jakarta biasanya
berdampak pada seluruh di kawasan yang tergenang banjir akan lumpuh. Jaringan
telepon dan internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga
padam. Sehingga menyebabkan lampu lalu lintas padam dan kemacetan terjadi di
banyak lokasi, termasuk di Jalan Tol Dalam Kota. Genangan-genangan air di jalan
hingga semeter lebih juga menyebabkan sejumlah akses dari daerah sekitar pun
terganggu. Banjir juga membuat sebagian jalur kereta api lumpuh. Lintasan
kereta api yang menuju Stasiun Tanah Abang tidak berfungsi karena jalur rel di
sekitar stasiun itu digenangi air luapan Sungai Ciliwung sekitar 50 sentimeter.
Akibat Bencana Banjir
yang melanda Jakarta, kerugian ditaksir bisa menelan hingga Rp 37 triliun.
Dampak itu paling besar bakal dialami warga dan sektor industri.
Banjir besar Jakarta pada 2007 sewaktu-waktu bisa terulang. Situasi itu, bisa terjadi jika dalam kurun 12 jam, terjadi hujan lebat di Bogor, Jakarta, dan Laut Jawa. Curah hujan di Bogor 400 milimeter per hari, lebih dari 150 milimeter di Jakarta, dan 150-200 milimeter di laut, dikhawatirkan bakal melumpuhkan Ibukota.
Banjir besar Jakarta pada 2007 sewaktu-waktu bisa terulang. Situasi itu, bisa terjadi jika dalam kurun 12 jam, terjadi hujan lebat di Bogor, Jakarta, dan Laut Jawa. Curah hujan di Bogor 400 milimeter per hari, lebih dari 150 milimeter di Jakarta, dan 150-200 milimeter di laut, dikhawatirkan bakal melumpuhkan Ibukota.
Dari hasil
pemodelannya, curah hujan di Bogor bakal terus meningkat seiring pembangunan
Jakarta. Pemanasan global dan wilayah metropolitan bakal memperbanyak uap air
yang mengalir dari Laut Jawa ke Bogor.
2.4 Penanganan Sampah Pasca Banjir
Dinas Kebersihan DKI Jakarta
memperkirakan sampah pasca banjir yang telah dibersihkan selama 23 hari sejak
awal Februari hingga akhir Februari 2007 mencapai 32.000 ton.
Sampah pasca banjir yang dikelola langsung oleh Dinas dan Suku Dinas Kebersihan DKI di lima wilayah mencapai 59.227 meter kubik. Sedangkan yang ditangani oleh kendaraan yang kita sewa sebanyak 45.000 meter kubik.
Sampah pasca banjir yang dikelola langsung oleh Dinas dan Suku Dinas Kebersihan DKI di lima wilayah mencapai 59.227 meter kubik. Sedangkan yang ditangani oleh kendaraan yang kita sewa sebanyak 45.000 meter kubik.
Sementara itu pembersihan sampah yang
dibantu oleh alat berat dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin)
mencapai 27.490 meter kubik.
Total sampah yang sudah
diangkut selama pembersihan pasca banjir tersebut mencapai 131.717 meter kubik
atau setara dengan 32.000 ton. Bila kemarin kita memerlukan waktu 23 hari
pembersihan maka sampah rat-rata per hari mencapai 1.432 ton. Sebelumnya satu
lokasi penampungan baru di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang dibuka
khusus untuk tempat pembungan sampah sisa banjir dari Jakarta menyusul
dimulainya tahap rehabilitasi ibukota pasca banjir. Hal itu dilakukan untuk
menampung sampah sisa banjir di Jakarta telah dibuka satu titik pembuangan
sampah baru di lokasi tersebut yang mampu menampung 500 ton hingga 1.000 ton
sampah per hari. Dari dua titik yang sudah ada, kita buka lagi satu titik
dengan luas lahan 2,1 hektar dan diberi nama zona Kepala Burung.
Pemprov menyiapkan 130 truk sampah, 70 mobil pemadam kebakaran sementara Dinas Pekerjaan Umum menyiapkan 10 alat berat dan 50 truk bantuan untuk mengangkut sampah. Sementara terdapat 200 truk sampah pinjaman dari pihak swasta yang juga digunakan untuk mengangkut sampah sisa banjir. Sedangkan Kadin membantu dengan meminjamkan 327 alat berat berbagai jenis
Pemprov menyiapkan 130 truk sampah, 70 mobil pemadam kebakaran sementara Dinas Pekerjaan Umum menyiapkan 10 alat berat dan 50 truk bantuan untuk mengangkut sampah. Sementara terdapat 200 truk sampah pinjaman dari pihak swasta yang juga digunakan untuk mengangkut sampah sisa banjir. Sedangkan Kadin membantu dengan meminjamkan 327 alat berat berbagai jenis
2.5 Penyakit yang Timbul Pasca Banjir
Banjir yang mengenangi Jakarta dan
sekitarnya juga menebarkan kekhawatiran munculnya penyakit Leptospirosis.
Leptospirosis yang juga dikenal sebagai demam banjir ini bisa menginfeksi
manusia melalui kontak dengan air atau tanah masuk kedalam tubuh melalui selaput
lendir mata atau luka lecet. Leptospirosis perlu diwaspadai pasca banjir ini.
Terlebih lagi bakteri Leptospira ini bisa bertahan didalam air selama 28 hari. Gejala klinis penyakit ini pada
stadium pertama adanya demam tinggi, sakit kepala, lemas dan adanya radang
mata. Dan pada stadium lanjut bisa berakibat fatal akan muncul gejala penyakit
kuning dan dapat menyerang ginjal, hati dan paru-paru yang berakhir pada
kematian. Kuman Leptospira yang mampu bertahan sebulan di air dan tanah mudah
mati bila menggunakan disenfektan. Leptospirosis yang mulai muncul pada banjir
besar di Ibukota tahun 2002 lalu cukup besar memakan korban jiwa yaitu dari 44
kasus 14 orang diantaranya meninggal dunia.
2.6 Rehabilitasi Pasca Banjir
Rehabilitas pasca banjir di Jakarta
diprioritaskan pada kegiatan pembersihan sampah, pengobatan massal, karbolisasi
serta fogging (penyemprotan) untuk mencegah wabah demam berdarah.
Upaya ini merupakan kerjabakti massal yang melibatkan warga, pemerintah, TNI, dan para relawan.
Dalam bencana ini, Bakornas akan membantu provinsi dan kabupaten yang terkena bencana untuk membersihkan sampah maupun lumpur. Upaya ini dibantu kementrian BUM. Melalui perwakilan yang ada di daerah masing-masing, akan diberikan dukungan berupa alat angkut berupa truk dan pengeruk, backhone dan pompa air. Departemen Pendidikan Nasional juga akan membantu pengurusan ijazah yang rusak atau hilang akibat banjir. Depdiknas menggratiskan biaya untuk mengurus surat keterangan lulus.
Upaya ini merupakan kerjabakti massal yang melibatkan warga, pemerintah, TNI, dan para relawan.
Dalam bencana ini, Bakornas akan membantu provinsi dan kabupaten yang terkena bencana untuk membersihkan sampah maupun lumpur. Upaya ini dibantu kementrian BUM. Melalui perwakilan yang ada di daerah masing-masing, akan diberikan dukungan berupa alat angkut berupa truk dan pengeruk, backhone dan pompa air. Departemen Pendidikan Nasional juga akan membantu pengurusan ijazah yang rusak atau hilang akibat banjir. Depdiknas menggratiskan biaya untuk mengurus surat keterangan lulus.
Departemen agama akan
membantu pengurus surat nikah yang rusak atau hilang akibat banjir. Badan
Pertahanan Nasional (BPN) dalam menanggulangi surat/ sertifikat yang hilang
karena banjir akan dilakukan melalui prosedur yang berlaku untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan. Departemen Pekerja Umum akan mendukung dalam
memenuhi alat berat untuk kab/ kota Tangerang dari shovel untuk DKI Jakarta.
2.7
Cara-cara Mengatasi Banjir
Banyak
cara untuk mengatasi banjir di Jakarta diantaranya :
1.
Menyediakan Sistem Perparitan yaitu dengan membersihkan parit-parit yang telah
cetek akibat daripada bahan-bahan kumuhan Dengan ini air limpahan dan hujan
dapat dialirkan dengan baik.
2. Projek Pendalaman Sungai. Kebanyakan kejadian banjir berlaku kerana kecetekan sungai. Jika dahulu sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurangan. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.
3. Memelihara Hutan. Kegiatan pembalakan di mana penerokaan di kawasan pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga berlaku apabila aktiviti pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit.Oleh itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan boleh dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan daripada mengalir terus ke bumi..
4. Mengawal Aktifitas Manusia. Banjir kilat yang berlaku terutamanya di bandar disebabkan pembuangan samapah dan sisa industri ke sungai dan parit. Bagi menangani masalah ini, kesedaran kepada masyarakat perlu didedahkan supaya aktiviti negatif ini tidak terus dilakukan seperti mengadakan kempen mencintai sungai dan sebagainya.
2. Projek Pendalaman Sungai. Kebanyakan kejadian banjir berlaku kerana kecetekan sungai. Jika dahulu sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurangan. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.
3. Memelihara Hutan. Kegiatan pembalakan di mana penerokaan di kawasan pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga berlaku apabila aktiviti pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit.Oleh itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan boleh dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan daripada mengalir terus ke bumi..
4. Mengawal Aktifitas Manusia. Banjir kilat yang berlaku terutamanya di bandar disebabkan pembuangan samapah dan sisa industri ke sungai dan parit. Bagi menangani masalah ini, kesedaran kepada masyarakat perlu didedahkan supaya aktiviti negatif ini tidak terus dilakukan seperti mengadakan kempen mencintai sungai dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
• Jakarta sering terjadi banjir disebabkan letak Geografis Ibukota Jakarta yang lebih rendah yang dapat menyebabkan banjir. Pembangunan yang terlalu padat serta banyaknya kerusakan lingkungan dengan banyaknya sampah yang dibuang sembarangan dan tidak adanya pohon-pohon yang dapat meresap air maka Ibukota Jakarta sering terjadi banjir.
• Usaha pemerintah untuk mencegah banjir. Seperti normalisasi sungai, pembangunan situ/waduk, pembangunan polder, penghijauan di puncak. Usaha pemerintah tidak akan efektif tanpa kerjasama dari masyarakat. Masyarakat diharapkan tidak membuang sampah sembarangan dan selalu membuang sampah pada tempatnya dan tidak menebang pohon secara liar agar kestabilan alam dan lingkungan dapat terjaga
• Banjir yang melanda Jakarta biasanya
berdampak pada seluruh di kawasan yang tergenang banjir akan lumpuh. Jaringan
telepon dan internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga
padam. Sehingga menyebabkan lampu lalu lintas padam dan kemacetan terjadi di
banyak lokasi.
3.2
Saran
Berdasarkan
kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan saran yang mungkin dapat
berguna untuh mencegah banjir di Jakarta.
•
Dalam Upaya mencegah ancaman banjir, warga masyarakat harus sudah mulai membuat
sumur-sumur resapan, secara swadaya maupun dengan bantuan pemerintah.
• Pemerinta harus memindahkan warga yang tinggal di daerah dekat pinggiran sungai ke tempat yang lebih aman dari ancaman banjir.
• Pemerinta harus memindahkan warga yang tinggal di daerah dekat pinggiran sungai ke tempat yang lebih aman dari ancaman banjir.
•
Pemerintah agar tidak berhenti memberikan peringatan keras kepada seluruh
masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan tidak menebang hutan
secara liar.
Daerah
pusat banjir
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
mengeluarkan daftar daerah rawan banjir di Jakarta pada bulan November ini.
Sebagian besar daerah di Jakarta berpotensi rendah pada bulan November ini.
Akan tetapi, status tersebut akan meningkat pada dua bulan ke depan.
Di Jakarta Barat, banjir berpotensi terjadi di Cengkareng, Grogol Petamburan, Kebon Jeruk, Taman Sari, dan Kalideres. Sementara di Jakarta Selatan, daerah berstatus rawan banjir
adalah Cilandak,Kebayoran Baru, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan, serta Tebet.
Daerah rawan banjir di Jakarta Timur termasuk Cakung, Cipayung, Ciracas, Jatinegara, Kramat Jati,Makasar, dan Pulo Gadung. Di Jakarta Utara: Koja, Kelapa Gading, Cilincing, Pademangan, Penjaringan, dan Tanjung Priok merupakan daerah rawan banjir.
Sementara itu di Jakarta Pusat, daerah rawan banjir adalah Cempaka Putih, Gambir, Kemayoran, Menteng, Sawah Besar, Senen, dan Tanah Abang.